Warga Yang Pandai Bersyukur
Desa
yang sejuk dambaan bagi semua orang, untuk menciptakannyapun tidaklah mudah. Di
pagi yang cerah, ketika matahari sudah keluar dari perpaduannya suara ayam
menggonggong hiduplah seorang keluarga yang sangat harmonis yakni dari pasangan
Bapak Sugiono dan Ibu Lasinem, didalam rumah tangganya tidak pertah terjadi
perselesihan jikapun ada diselesaikan dengan kepala dingin. Beliau kedua sudah
menetap lama di desa grogol RT : 25 RW :02 kelurahan laban kecamatan menganti
kabupaten gresik. Pasangan ini dikaruniai dengan dua orang anak , anak pertama
laki-laki dia bernama eko, dia sudah lama bekerja di Surabaya sedangkan anak
kedua laki-laki yang bernama juga dia baru lulus dari SMA Sunan Giri Menganti,
pada saat ini masih memelihara titipan orang yaitu hewan kambing dan kata
beliau bagi hasil meskipun hasil yang didapatkan tidak banyak, tetapi bisa
memenuhi kebutuhan bersama keluaraga itulah kuncinya, tidak mengharapkan
imbalan yang lebih. Dia merawatnya dengan kasih sayang karena hewan juga
merupakan makhluk Allah yang wajib untuk dipelihara dan dirawat, mulai dari
memberi makan rumput kambing, memandikan kambing serta membersihkan kandang
kambing tentunta butuh keuletan, tidak semua orang bisa mengerjakan pekerjaan
ini. Bayangkan anak yang setelah lulus SMA dia diberikan tugas oleh orang
tuanya untuk merawatnya tentunya suatu pengorbanan yang patut untuk selalu
diperjuangkan.
Dalam kehidupan sehari-harinya isti dari bapak sugiono
yang akrab di panggil lasinem ini bekerja di citralend lakarsantri Surabaya.
Ibu lasinem ini jika berangkat bekerja dia mengendarai sepeda ontel, beliau
berangkat ke tempat yang sudah ditentukan oleh ciputra yakni jam 06:00 WIB,
melintasi jalan yang berkelok-kelok membuatnya bergemertar karena pada jam
tersebut sudah banyak pengendara yang ingin bekerja, mengantarkan anak
kesekolah dll. Ibu lasinem ini sangat was-was dengan kondisi yang dihadapinya.
Lalu eseiring perjalan tersebut beliau jika haus maka minum terlebih dahulu,
karena beliau juga membawa bekal makan dan minum untuk dinikmati pada saat
istirahat yaitu pada tepat pukul 12 :30. Beliau satu jam menempuh perjalanan
disana beliau sebagai tukang sapu dedauan yang jatuh, beliau sudah sembilan
tahun kerja disana. Dan hanya memperoleh gaji sebersar 300.0000 tentunaya
kurang bagi ibu rumah tangga seperti ibu lasinem ini. Terik matahari yang
menyengat tubuhnya, salah satu bentuk kerja kerasnya, ibu yang hebat dia tidak
mengharapkan gaji yang tinggi. Akan tetapi menerima semua itu apa adanya. Jadi,
ibu lasinem ini sudah dikategorikan sebagai insan yang bersyukur.
Kondisi rumah yang masih beralaskan tanah, dindingnya pun
masih memakai kayu, jika ada hujan lebat masih bocor. Sehingga tidak nyaman
pada saat itu yang dirasakan oleh bapak sugiono beserta keluaraga. Suhngguh
saya sangat prihatin didesa saya masih ada yang seperti itu. RT/RW sudah
berusaha mengajukan dana ke kabupaten untuk keluarga ini, akan tetapi masih
menngalami kendala dan sampai sekarang proposal yang diajukan belum di acc.
Sehingga keluarga ini berusaha sekuat tenaga untuk menompang kehidupan yang
nyata penuh lika-liku, romansa suka dan duka. Sehingga kerja keras salah satu
kunci untuk bisa makan. Setelah itu memang ada tawaran lain dari bapak kepala
desa yakni bedah rumah akan tetapi keluarga bapak sugiono tidak setuju untuk
dirubah rumahnya. Karena dia bisa hidup saja nikmat yang diberikan oleh Allah
sangat banyak. Katanya masih banyak pak orang yang diluar sana tidak memiliki
rumah, dia malah meminta-minta di sepanjang jalan raya. Jadi uang untuk bagian
saya beserta keluarga bisa diberikan kepada dia yang tidak memiliki sepetak
tanah. Sungguh jiwa yang mulia sekali bukan ? dari cerita yang sudah saya
sampaikan bahwa kediaman bapak sugiono terletak di sawah, jadi disana sangat
sepi dari keramaian oleh sebab itu perangkat desa masih mengusahakan pemberian
dana yang akan di berikan kepada pasangan bapak sugiono.
Jika
dikaitkan dengan urutan kedua pancasila
yakni peri kemanusiaan yang adil dan beradab. Maka seyogyanya bapak sugiono
dari RT/RW dusun grogol sudah diberlakukan cukup baik salah satu upayanya yaitu
bedah rumah. Pengurus desa tidak acuh taka uh terhadapnya, melainkan sudah
peduli akan tetapi mengalami perbedaan pendapat. Bapak sugiono beserta keluarganya
ingin hidup sederhana saja tanpa bantuan dari pihak manapun. Dari sini keluarga
trsebut memiliki rasa syukur yang tiada henti-hentinya. Sangat takjub sekali.
Perangkat desa sampai terenyuh melihat perkataan yang dilontarkan oleh bapak
sugiono. Upaya yang dilakukan oleh perangkat desa seperti ini “bapak beserta
keluarga ini rumah sudah tidak aman untuk ditempati sebagai tempat tinggal pak,
karena atap yang sudah bocor sebaiknya diperbaiki apalagi sekarang musim hujan.
Jamban yang tidak serumah juga tidak memiliki kenyamanan yang lebih. Jika ada
hujan lebat bapak atau pun anggota keluarga bapak ingin ke jamban maka hal ini
sangatlah berbahaya. Kami ingin sekali membantu bapak untuk memperbaiki
fasilitas yang diperlukan dirumah bapak. Ditampah lagi lampu dirumah ini hanya
satu yaitu terletak diruang tamu. Lampu yang masih tersalurkan dari rumah
tetangga sebelah sehingga keluarga ini memiliki tanggungan.
Wah kisahnya inspiratif sekali Mbak.Tulisannya juga baguss :)
BalasHapusBtw, itu kisah nyata ya?
Makasih, kak masih pemula. Alhamdulillah kisah nyata kak. Jika ingin share silahkan :)
Hapuskereeenn... tetep semangat menulis ya :)
BalasHapusThanks Mrs. Annisa, sukses selalu ya :)
BalasHapus